Kisah Begal Yang Menangis Karena Daun Kelor

Kisah Begal Yang Menangis Karena Daun Kelor - Tindakan main hakim beberapa warga pada pelaku pembegalan menyebabkan gerak aparat kepolisian. Terkecuali memburu beberapa begal di Tangerang Selatan, kepolisian dibawah lokasi hukum Polda Metro Jaya juga memburu beberapa pelaku begal ditempat lain agar tidak ada lagi korban jiwa.

Dari pemburuan itu, banyak anggota komplotan begal yang dibekuk. Dua salah satunya yaitu Entis Sutrisna (25 tahun) serta Dede Suhendi (23 tahun) yang di tangkap tim buru sergak Polsek Serpong dari suatu rimba di kampung halamannya di lokasi Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Banten. Data kepolisian mengatakan, keduanya telah beraksi di Kalideres, Cengkareng, Jakarta Barat, serta Serpong, Kota Tangerang Selatan.

Seperti begal di Pondok Aren, Entis serta Dede nyatanya juga mempunyai kesaktian yang pernah buat polisi kerepotan menangkapnya. Bagaimanakah tak ribet? Keduanya terus ‘mentheles’ dengan kata lain tak kesakitan waktu dihujani peluru. Tidak ada luka setitikpun. Pelurunya tembus saja tak, terlebih terluka?

“Saat ke-2 pelaku kabur, kita cobalah lumpuhkan dengan timah panas, namun tidak mempan, pelurunya tak tembus, ” kata Kepala Unit Reskrim Polsek Serpong, AKP Toto Daniyanto, Jumat (06/03/2015).

Tidak cuma tak terluka waktu peluru polisi menghujani badannya. Kedua tersangka ini bahkan juga masih tetap dapat lari lalu menyelusup diantara rerimbunan pohon rimba tanpa ada terasa sakit maupun tersiksa. Alhasil, kesaktian duo begal beringas itu bikin polisi yang ikut serta dalam penangkapan itu tercengang.

Beberapa petugas juga tidak kehilangan akal dengan menuai sebagian helai daun pohon kelor yang tumbuh di seputar rimba.

“Karena sampai kini yang kita ketahui daun kelor yaitu penangkal pengetahuan hitam, ” tutur Toto.

Tetapi apa yang terjadi, mengetahui polisi membekali diri dengan daun kelor, kedua tersangka mendadak nampak dari semak-semak tempat mereka bersembunyi. Duo begal itu segera menangis sejadi-jadinya saat bertemu dengan sebatang kelor itu.

“Keduanya menangis waktu ditunjukan daun kelor, mereka minta ampun di dalam rimba, ” narasi Toto.